Dampak dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas manusia secara global. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Guterres mengatakan bahwa kita telah beralih dari pemanasan global ke pendidihan global. Dalam menghadapi ancaman kehancuran iklim yang akan segera terjadi, Taiwan, sebagai anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab, bersedia untuk mengintegrasikan upaya sektor publik dan swasta serta bekerja sama dengan rekan-rekan dan negara-negara yang berpikiran sama untuk mempromosikan perilaku iklim yang konkret.
Pada tanggal 19 Juni 2024, Taiwan membentuk Komite Strategi Perubahan Iklim Nasional, yang akan mengintegrasikan upaya sektor publik dan swasta untuk mengembangkan strategi khusus dalam menanggapi krisis iklim, berdasarkan dua kesepakatan utama: “secara aktif mengembangkan sumber energi terbarukan” dan “membangun platform informasi yang umum dan terpercaya”.
Untuk menetapkan mekanisme penetapan harga karbon, Kementerian Lingkungan Hidup (MOE) Taiwan mengumumkan tiga peraturan pada tanggal 29 Agustus 2024, yaitu “Peraturan Pengisian Biaya Karbon”, “Peraturan Pengelolaan Rencana Pengurangan Mandiri”, dan “Target Pengurangan Gas Rumah Kaca yang Ditetapkan untuk Target Pengisian Biaya Karbon”, yang menyatakan bahwa Taiwan telah memasuki era “penetapan harga emisi karbon”, dan secara aktif mendorong perusahaan untuk menjalani restrukturisasi rendah karbon melalui mekanisme penetapan harga karbon, sehingga menjadikan sistem penetapan harga karbon sebagai pendorong baru bagi pertumbuhan hijau Taiwan.
Selain itu, Taiwan telah bekerja sama dengan Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan negara-negara lain yang memiliki filosofi yang sama dalam isu-isu seperti adaptasi perubahan iklim, transformasi energi, keuangan hijau, dan ekonomi melingkar.
Perubahan iklim tidak mendiskriminasi negara mana pun, dan semua negara di planet ini akan terkena dampaknya, termasuk Taiwan dan Indonesia. Sebagai negara kepulauan, masa depan zona ekonomi pesisir mereka meredup di bawah ancaman naiknya permukaan air laut, dan banyak pulau-pulau kecil dapat terendam, dengan banyak rumah penduduk yang telah terendam, atau dengan penurunan permukaan tanah yang mengancam mata pencaharian mereka. Beberapa negara kepulauan di Pasifik Selatan sudah berada dalam bahaya kepunahan.
Taiwan tidak pernah menyerah pada tanggung jawabnya dan berharap UNFCCC akan memberikan kesempatan yang sama kepada Taiwan untuk diikutsertakan dalam mekanisme UNFCCC dan Perjanjian Paris. Saya ingin menghimbau semua pihak di Indonesia dan seluruh dunia untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam UNFCCC COP29, yang akan diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, pada tanggal 11 hingga 22 November 2024, dengan semangat “profesionalisme, pragmatisme, dan kontribusi”, agar Taiwan dapat bekerja sama dengan komunitas internasional untuk melakukan upaya dan kontribusi bagi dunia yang bersih.